30 December 2005

lokalitas dan interlokalitas

beberapa waktu yang lalu saya berbincang dengan seorang anak smp. tepatnya dia yang banyak bicara, sedang saya diam mendengarkan. yang menarik dari unek-uneknya adalah dia punya persepsi bahwa karya penulis lokal kalah kualitasnya dibandingkan karya penulis luar negeri. dari mana asumsi itu bisa muncul? mari coba saya telusur dari yang paling luas dan besar ke yang paling kecil ....

- dia berada dalam derasnya arus informasi global tanpa batas
- dia hidup dalam sebuah negara bernama indonesia yang sangat minder menjadi diri sendiri
- dia tidak melakukan perimbangan antara bacaan lokal dan impor (bahkan dia tidak banyak tahu para penulis indonesia yang terhormat itu)

ada yang salah dengan itu semua? tentu saja tidak. sebab dia hanyalah hasil. ada proses kausalitas yang membuat dia mendapatkan hasil seperti itu. lalu apa kausalnya?

26 July 2005

tips menembus penerbit

ada beberapa jurus yang barangkali bisa diterapkan untuk menembus penerbit.
1. Menulislah karena apa yang mau ditawarkan ke penerbit kalau kamu tidak punya naskahnya. 2. Satu naskah tidak cukup. Bikinlah naskah banyak-banyak karena semakin banyak yang bisa ditawarkan, semakin besar pula kemungkinan buat diterbitkan.
3. Cari informasi sebanyak-banyaknya soal alamat penerbit sebab kalau tidak tahu alamatnya, mau dikirim ke mana? Ke hongkong?
4. Boleh juga tepe-tepe sama editor, bos penerbitan, atau penulis yang sudah punya link ke penerbit tertentu. Apalagi kalau mereka ganteng atau cantik.
5. Jangan malu-malu mengirim ke penerbit. Kritik atau saran mereka kadang bisa bantu kita menulis naskah berikutnya lho!
6. Tidak perlu takut ditolak. Tidak diterima belum tentu karena jelek. Bisa saja karena penerbit tidak memiliki lini yang cocok untuk naskah yang masuk.
7. Sudah pakai semua, tapi masih belum berhasil juga? Mending cari profesi lain deh..... Siapa tahu bakatnya jadi bos penerbit buku.

10 June 2005

kenapa cerpen, kenapa novel

Ada masa ketika kita pingin nulis sebuah cerpen anak, tapi kok kepanjangan. Ada juga kalanya ingin menulis novel, tapi kok udah kehabisan kata-kata. Kapan sebuah ide bisa jadi cerpen, kapan jadi novel?

eh bentar.............

01 June 2005

tips menulis 6

jangan pernah percaya pada tips apa pun karena hanya akan membelenggumu. bebaskan diri kamu dari berbagai macam tips.......... selamat menulis!!!!

tips menulis 5

pastikan kamu sedang menuliskan sesuatu yang baru. mengulang tulisan-tulisan yang sudah pernah dibuat orang lain hanya sedikit lebih baik ketimbang menyalin. kecuali, tentu saja, kamu sudah rela benar menjadi bebek.

tips menulis 4

kenali fungsi abjad, angka, dan tanda baca. ejaan bukan melulu persoalan dipisah atau digabung, titik apa koma, dll, tapi lebih karena keterkaitannya dengan keterbacaan. sebab kamu sedang menulis untuk dibaca orang lain.

31 May 2005

tips menulis 3

sebelum menulis, bersiaplah kamu seakan mau menuliskan sebuah naskah yang adiluhung. ketidak seriusan menulis hanya akan menciptakan kesia-siaan belaka. setidaknya, tulisan buruk yang digarap serius masih menyisakan jejak indah.

tips menulis 2

jangan berharap akan langsung menghasilkan tulisan yang bagus dan keren habis. segala sesuatunya melalui proses, tidak seketika. kecuali kamu berharap bisa jadi penulis instan, tentu saja.

tips menulis 1

menulislah tentang sesuatu yang kamu ketahui. jangan pernah menuliskan sesuatu yang kamu tidak ketahui sama sekali kalau tidak ingin tulisan kamu dianggap mengada-ada.

27 April 2005

tentang (fiksi anak) indonesia

Kalo bicara kritik atas perkembangan fiksi anak di indonesia, saya katakan tidak ada yang salah dengan indonesia. Sungguhpun fiksi indonesia bisa dikatakan masih jalan di tempat atau kalaupun bergerak, maka itu hanya bisa dikatakan merayap pelan, tapi tidak ada yang salah dengan indonesia. Orang boleh saja mengatakan fiksi anak indonesia hanya melulu nasihat, tapi saya katakan tidak ada yang salah dengan indonesia.

Kenapa? Sebab tidak ada yang salah dengan indonesia. Kesalahan terletak pada para penulis maupun semua pihak yang terlibat dalam pembuatan buku fiksi anak. Merekalah yang paling bertanggung jawab atas keadaan sekarang ini. Kenapa mereka tidak menulis fiksi anak yang mencerdaskan? Kenapa mereka tidak menerbitkan fiksi anak yang mencerdaskan?

Lagi-lagi kita harus mengaca pada sisi dunia yang lain. Kenapa penulis dari luar negeri bisa menulis bagus. Kenapa fiksi anak mereka bisa warna-warni? Sebab mereka mau. Fiksi yang bersumber pada mitos klasik, modern, bahkan pascamodern tak jadi soal.

So, maukah kita?

13 April 2005

alasan menulis

seorang teman merasa bahwa menulis harus punya alasan. artinya, penulis harus tahu sasaran pembacanya dan sekuat tenaga berusaha mengomunikasikan idenya kepada pembaca tersebut.

ada teman lain yang menganggap menulis adalah aktivitas individu yang tidak terganggu oleh masalah alasan. kenapa harus menulis ini, kenapa harus menulis itu. kenapa nggak menulis ini, kenapa nggak menulis itu.

kalau aku sih lebih menyukai pertanyaan: kenapa menulis?

09 April 2005

kenapa cerita anak membosankan

cerita anak menjadi sangat membosankan ketika tidak ada hal baru yang ingin diciptakan. tidak melulu tema, tapi gaya penceritaan dan bahasa layak diperhatikan. orang menyangka, tema unik bisa bikin cerita menarik. tapi tema menarik jadi jelek karena gaya penceritaan yang tidak pas.

ada pameo yang mengatakan bahwa cerita anak yang bagus akan bisa dibaca tidak hanya oleh anak2 tapi juga oleh orang dewasa. jadi, apakah kalau orang dewasa membaca sebuah buku anak dan merasa bosan bisa diasumsikan bahwa anak2 pun akan merasakan hal yang sama?

07 April 2005

ruang imajiner

Saat menulis, seorang penulis berkeyakinan telah menciptakan sebuah ruang imajiner yang "konkret". Banyak orang yang membayangkan kekonkretan ruang itu sepadat ruang dalam dunia nyata. Tidak mengherankan bila sebagian orang merasakan keharusan untuk menjadi nyata dalam sebuah dunia yang jelas-jelas imajiner.

Untuk mempermudahnya, bentuk cerita rekaan dikelompokkan menjadi dua, yaitu fiksi realis dan fantasi. Pembagian ini memiliki kerancuan yang nyata karena fiksi realis diasumsikan menciptakan dunia yang selayaknya dunia nyata. Ruang imajiner yang diciptakan pengarang idem ditto dengan dunia real.

Pembagian kedua, adalah fiksi fantasi. Ini juga rancu karena sama saja mengandaikan ada cerita fiksi yang tidak fantasi atau imajiner.

Jadi, adakah batas fantasi dan real dalam dunia imajiner?

17 March 2005

so what gitu loh!!!!

so what gitu loh.....
kita pengen nulis, tapi kebentur sama yang namanya ide. mentok tok!
kita pengen nulis, tapi kebentur yang namanya fasilitas.
kita pengen nulis, tapi gak punya waktu

so what gitu loh.......
kita udah bisa nulis, tapi hasilnya masih kerasa jelek juga.
kita udah bisa nulis, tapi belom juga ada yang mau muat.
kita udah bisa nulis, tapi gak ada duitnya.

so what gitu loh.....
kita jadinya brenti nulis, brenti berpikir, brenti bernapas.....
mati.

so what?
masih pengen nulis nggak sih?

14 March 2005

tentang motivator

Banyak penulis muda yang merasa butuh banget yang namanya support, motivator yang bisa bikin dia semangat buat nulis dan terus nulis. Caranya macem-macem. Ada yang dengan cari temen yang punya hobi sama, cari orang yang sudah berpengalaman dan mau berbagi ilmu dengan dia, ikutan forum diskusi atau mailist tentang tulis-menulis, atau baca buku-buku yang bisa memotivasi dia buat nulis.

Nah, ada satu cerita tentang teman saya yang pingin banget jadi penulis dan menggunakan cara terakhir buat memotivasi dirinya. Akhirnya, dia kesengsem sama buku-buku pemotivasi itu dan berniat menjalin komunikasi dengan penulisnya. Sms pun dikirim. Tapi ternyata, si penulis buku yang di dalam bukunya--menurut teman saya yang baca buku itu--sangat bisa memahami problem-problem yang dihadapi penulis pemula, di dunia nyata menjadi sangat tidak ramah kepada pembacanya.

Saya teringat pada kisah teman saya lainnya yang bertemu dengan Putu Wijaya. Dalam pertemuannya itu, dia memperoleh kesan positif dari sastrawan ternama itu. Bahkan untuk pertanyaan-pertanyaan yang paling naif sekalipun, Putu masih mau meladeni dengan sabar dan penuh atensi. Teman saya pun menjalin kontak dengan Putu melalui e-mail (Putu membagi-bagikan kartu namanya kepada anak-anak muda yang dengan antusias mengerumuninya). E-mail berbalas e-mail. Teman saya pun semakin bersemangat menulis karena keramahan Putu.

So, haruskah kita mencari motivator?

tentang kreativitas

Seorang penulis selalu punya cita-cita untuk membuat naskah yang sempurna. Problem krativitas muncul ketika kemauan penulis harus berbenturan dengan pihak kedua (publishing atau media). Sering kali, pihak kedua tersebut punya persepsi yang berbeda soal estetika yang ingin dicapai oleh penulis. Akibatnya, naskah diobrak-abrik tanpa ampun tanpa memperhatikan estetika yang pingin dicapai penulis. Hasilnya, naskah bisa lebih bagus, bisa juga berantakan. Bagi penulis ... bagaimana rasanya?

08 March 2005

what this life is for

temanku mengeluh soal hidupnya yang tidak juga berubah meski sudah membanting tulang sekian lama. temanku lain, merasa terlalu lelah menjalani pekerjaannya dan memutuskan untuk mengajukan pengunduran diri. temanku lain sedang bersemangat menjalani hidup dan pekerjaannya meski beberapa bagian hidupnya harus ditinggalkan jauh-jauh karena tidak mungkin teraih. aku di sini, menuliskan kisah mereka seperti waktu mencatat nasib....

07 March 2005

penulis dan kritik

Dalam sebuah acara diskusi yang diadakan oleh FLP (Forum Lingkar Pena) di Jogjakarta, salah satu pembicaranya yang kebetulan anggota FLP bercerita. Begini ceritanya: Ada kolega kerjanya di UNJ, berkomentar miring soal karya anggota FLP. Lalu, si pembicara itu berkomentar balik kepada rekan kerjanya itu, Memangnya anda sudah baca semua buku buatan anggota FLP yang jumlahnya lebih dari 400 judul itu?

Komedi situasi yang super ironis begitu tidak hanya terjadi pada penulis FLP, tapi juga pada hampir semua penulis. Bahkan tarik-menarik antara pembaca yang mengkritik dengan penulis sudah terjadi sejak tulisan mulai diciptakan oleh manusia, mungkin. Tapi ada satu hal yang harus dipetik dalam komedi ini. Haruskah seorang penulis bersikap defensif atas kritik yang dilontarkan kepada karya-karyanya? Lalu sikap seperti apa yang harus diambil? Abai kepada pembaca atau ....

05 March 2005

anak bodoh... atau orangtua bodoh?

Menulis buku untuk anak-anak ternyata gampang-gampang susah. Gampang karena gak perlu ngomong yang rumit-rumit atau sok nyastra or filosofis. Makanya banyak orang yang mencibir penulis cerita anak sebagai penulis tidak becus. Susahnya menulis cerita anak karena kita bukan anak-anak. Banyak filter yang sadar atau tidak membatasi diri kita dengan pembaca yang notabene adalah anak-anak itu.

Contoh paling gampang ya soal fungsi edukatif. Sebagai "bukan anak-anak", penulis merasa berkewajiban untuk menyensor segala macam yang berbau "tidak baik untuk anak". Tapi benar nggak sih, semua yang kita anggap baik itu baik juga bagi anak-anak? Cerita anak harus mendidik, harus punya nilai edukatif yang bermanfaat bagi tumbuh kembang anak.
Benarkah anak-anak tidak butuh cerita yang mengasyikkan, yang tidak melulu berpretensi mengajari seperti yang para orangtua inginkan?