14 March 2005

tentang motivator

Banyak penulis muda yang merasa butuh banget yang namanya support, motivator yang bisa bikin dia semangat buat nulis dan terus nulis. Caranya macem-macem. Ada yang dengan cari temen yang punya hobi sama, cari orang yang sudah berpengalaman dan mau berbagi ilmu dengan dia, ikutan forum diskusi atau mailist tentang tulis-menulis, atau baca buku-buku yang bisa memotivasi dia buat nulis.

Nah, ada satu cerita tentang teman saya yang pingin banget jadi penulis dan menggunakan cara terakhir buat memotivasi dirinya. Akhirnya, dia kesengsem sama buku-buku pemotivasi itu dan berniat menjalin komunikasi dengan penulisnya. Sms pun dikirim. Tapi ternyata, si penulis buku yang di dalam bukunya--menurut teman saya yang baca buku itu--sangat bisa memahami problem-problem yang dihadapi penulis pemula, di dunia nyata menjadi sangat tidak ramah kepada pembacanya.

Saya teringat pada kisah teman saya lainnya yang bertemu dengan Putu Wijaya. Dalam pertemuannya itu, dia memperoleh kesan positif dari sastrawan ternama itu. Bahkan untuk pertanyaan-pertanyaan yang paling naif sekalipun, Putu masih mau meladeni dengan sabar dan penuh atensi. Teman saya pun menjalin kontak dengan Putu melalui e-mail (Putu membagi-bagikan kartu namanya kepada anak-anak muda yang dengan antusias mengerumuninya). E-mail berbalas e-mail. Teman saya pun semakin bersemangat menulis karena keramahan Putu.

So, haruskah kita mencari motivator?

No comments: