19 October 2006

Panduan Dasar Menulis Esai

Sebuah esai bisa memiliki beberapa tujuan, tapi memiliki struktur dasar yang sama. Kamu bisa menulis esai untuk mempertahankan sudut pandang tertentu atau menerangkan langkah-langkah penting untuk melengkapi tugas. Dengan kata lain, esai kamu akan memiliki format dasar sama apa pun tujuannya. Jika kamu mengikuti beberapa langkah mudah ini, kamu akan menemukan bahwa esai itu hampir-hampir menulis sendiri. Kamu akan hanya bertanggung jawab pada menyediakan ide yang merupakan bagian penting dalam esai.

Langkah-langkah sederhana ini akan menuntunmu dalam proses penulisan esai:

1. Pilih Topik untuk Esai
a. Topik Ditentukan
Kamu tidak harus memilih topik. Jika begitu, kamu masih belum siap untuk menuju langkah selanjutnya.

Pikirkanlah tentang tipe tulisan yang akan dihasilkan. Apakah itu berupa tinjauan umum atau analisis spesifik atas suatu topik? Jika tinjauan umum, kamu bisa melangkah lebih lanjut. Jika harus berupa analisis, pastikan topik kamu sudah spesifik. Bila terlalu umum, kamu harus memilih subtopik yang lebih sempit untuk dibicarakan.

Sebagai contoh, topik "Kenya" terlalu umum. Kalau tulisan kamu hanya sebuah tinjauan umum, ini sudah mencukupi. Bila tugas kamu adalah menulis analisis spesifik, topik ini terlalu umum. Kamu harus mempersempit menjadi seperti "politik di Kenya" atau "Kebudayaan Kenya".

Setelah menemukan topik yang cocok, kamu bisa menuju ke langkah selanjutnya.

b. Topik Tidak Ditentukan
Jika topik tidak ditentukan, semua terserah padamu. Kadang-kadang tugas untuk memulai menjadi sangat menegangkan. Kenyataannya, ini berarti bahwa kamu bebas memilih topik yang menarik, yang sering kali akan membuat esai kamu lebih kuat.

Paparkan Tujuanmu
Satu hal yang pertama kali harus kamu lakukan adalah memikirkan tujuan esai yang akan kamu tulis. Untuk memengaruhi orang agar percaya seperti halnya kamu, untuk menerangkan kepada orang-orang cara menyelesaikan tugas tertentu, untuk mengajari orang tentang seseorang, tempat, sesuatu atau ide, atau lainnya? Apa pun topik yang kamu pilih harus sesuai dengan tujuan itu.

Beberkan Subjek yang Menarik
Sekali kamu sudah memutuskan tujuan esai kamu, tuliskan subjek-subjek yang menarik bagimu. Tak masalah apa tujuan esai kamu, topik dalam jumlah banyak akan pas.
Jika kamu memiliki kesulitan menemukan subjek, mulailah dengan melihat ke sekeliling. Apakah ada sesuatu yang menarik di sekelilingmu? Pikirkan tentang hidup kamu. Apa kesibukan terbesarmu? Barangkali itu bisa jadi topik menarik. Jangan evaluasi subjeknya; tuliskan saja semua yang terlintas di kepala.

Evaluasi Masing-Masing Topik yang Potensial
Jika kamu bisa memikirkan setidaknya sedikit topik yang bisa cocok, kamu harus mempertimbangkannya satu persatu. Pikirkan tentang perasaanmu atas topik itu. Jika kamu harus mendidik, pastikan itu subjek yang kamu ketahui benar. Jika harus memengaruhi, pastikan dengan subjek itu kamu bisa membuatnya menarik. Tentu saja, faktor yang paling penting dalam memilih topik adalah jumlah ide yang kamu miliki dari topik tersebut.

Bahkan jika tak ada subjek yang menurutmu akan menarik, usahakan pilih salah satu. Barangkali itu akan bisa menjadi topik yang menarik dibanding yang kamu kira.

Sebelum siap melanjutkan ke proses menulis esai, lihat sekali lagi topik yang telah kamu pilih. Pikirkan tipe tulisan yang akan kamu hasilkan. Apakah itu berupa tinjauan umum atau analisis spesifik? Jika berupa tinjauan umum, kamu sudah siap melangkah ke tahap berikutnya. Jika harus berupa analisis spesifik, pastikan topik kamu sudah cukup spesifik. Jika masih terlalu umum, kamu harus memilih subtopik yang lebih sempit untuk didiskusikan.

Setelah menemukan topik yang cocok, kamu bisa menuju ke langkah selanjutnya.

2. Kelola Ide Kamu
Tujuan dari outline atau diagram adalah untuk meletakkan ide-ide kamu tentang topik ke atas kertas dalam bentuk yang sudah lumayan tertata. Struktur yang kamu buat di sini mungkin masih berubah sebelum esai tsb lengkap sehingga jangan terlalu merasa menderita karenanya.

Putuskan kamu akan memilih struktur outline yang pendek-pendek atau yang lebih mengalir. Jika kamu memulai salah satunya dan ternyata tidak cocok denganmu, kamu bisa memulai dengan yang lain.

Diagram
  • Mulai diagram kamu dengan lingkaran atau garis horisontal atau bentuk apa pun yang kamu suka di tengah-tengah halaman.
  • Di dalam bentuk atau di atas garis, tuliskan topikmu.
  • Dari tengah-tengah bentuk atau garis kamu, gambar tiga atau empat garis keluar halaman. Pastikan benar-benar keluar dari tepi halaman.
  • Pada masing-masing akhir garis, gambar lingkaran atau garis horisontal atau apa pun yang sudah kamu gambar di tengah-tengah halaman.
  • Di dalam masing-masing bentuk atau garis, tulis ide pokok yang kamu punya tentang topik kamu, atau tujuan utama yang ingin kamu buat.
    - Jika kamu berusaha untuk memengaruhi, kamu ingin menuliskan argumen-argumen terbaik.
    - Jika kamu berusaha menjelaskan sebuah proses, kamu ingin menulis langkah-langkah yang harus diikuti. Kamu akan butuh mengelompokkan ini ke dalam kategori-kategori. Jika kamu memiliki masalah dalam mengelompokkan langkah-langkah ke dalam kategori, coba pergunakan Awal, Tengah, dam Akhir.
    - Jika kamu berusaha untuk memberi informasi, kamu ingin menuliskan kategori utama ke dalam informasi yang bisa dibagi-bagi.
  • Dari masing-masing ide pokok, gambar tiga atau empat garis keluar dari halaman.
    Pada bagian akhir dari masing-masing garis tsb, gambar lingkaran atau garis horisontal lain atau apa pun yang kamu gambar di bagian tengah halaman.
  • Di dalam masing-masing bentuk atau garis, tuliskan fakta atau informasi yang mendukung ide pokok.
  • Begitu selesai, kamu sudah mempunyai struktur dasar untuk esai kamu dan siap untuk dilanjutkan.

Outline

  • Mulailah outline kamu dengan menuliskan topik pada bagian atas halaman.
  • Selanjutnya, tuliskan angka Romawi I, II, dan III menurun di tepi halaman.
  • Pada masing-masing angka Romawi tuliskan ide-ide pokok yang kamu punya tentang topik kamu, atau poin utama yang ingin kamu buat.
    - Jika kamu berusaha untuk memengaruhi, kamu ingin menuliskan argumen-argumen terbaik.
    - Jika kamu berusaha menjelaskan sebuah proses, kamu ingin menulis langkah-langkah yang harus diikuti. Kamu akan butuh mengelompokkan ini ke dalam kategori-kategori. Jika kamu memiliki masalah dalam mengelompokkan langkah-langkah ke dalam kategori, coba pergunakan Awal, Tengah, dam Akhir.
    - Jika kamu berusaha untuk memberi informasi, kamu ingin menuliskan kategori utama ke dalam informasi yang bisa dibagi-bagi.
  • Di bawah masing-masing angka Romawi, tuliskan A, B, C menurun di samping halaman.
    Lalu di masing-masing huruf tsb tuliskan fakta atau informasi yang mendukung ide pokok

Setelah selesai, kamu sudah memiliki struktur dasar untuk esai kamu dan siap untuk melanjutkan.

(bersambung)


Diterjemahkan dengan gaya bebas dari Basic Guide to Essay Writing, Kathy Livingston (lklivingstone.mindspring.com)

17 October 2006

tentang folklor

Biasanya, folklor merupakan ekspresi orang-orang zaman dulu terkait pengamatan mereka atas alam, aturan sosial, dan manifestasi dari eskapis rasa takut, kebutuhan, dan hasrat mereka. Misalnya, folklor dipenuhi oleh gambaran tentang kanibalisme, pengorbanan manusia, siksaan, kekerasan pada anak, dan kekerasan. Dongeng dan cerita rakyat yang ada sekarang, seperti makanan anak-anak, merupakan adaptasi yang sudah dibersihkan dari isi yang tak pantas dan jarak kultural yang mungkin mengganggu sudah disaring.

Merupakan tugas penulis anak-anak yang menulis ulang dongeng untuk membuatnya nyaman bagi dan mudah diakses oleh target pembaca ketika mempertahankan keautentikan budaya. Demi tujuan tersebut, beberapa cerita lebih bagus ketimbang yang lain. Cerita binatang, cerita yang menampilkan tokoh protagonis pintar atau cerdik, dan cerita peri, merupakan tipikal menu yang lebih bisa diterima ketimbang, katakanlah, cerita rakyat tentang memakan orang mati atau inses ayah-anak.

Pada saat yang sama, beberapa cerita rakyat yang akan tampak ideal bagi anak-anak, bisa jadi tidak mendapatkan respons positif dari penerbit. Editor umumnya tidak tertarik pada kisah-kisah didaktis, tidak menoleransi cerita-cerita yang mengkhotbahi atau menguliahi. Namun, kebanyakan folklor pada intinya bermaksud memberikan pemahaman pada mekanisme dunia alamiah. Cara untuk menyeimbangkan perintah tradisi ini dengan kebutuhan pasar barangkali bisa dikelola, tapi ini merupakan wilayah dan tantangan utama bagi para penulis.


Dipenggal dari tulisan Eugie Foster, http://www.writing-world.com/children/multi2.shtml

12 October 2006

Mau Jadi Penulis? Baca Dulu, Dong!

Pernah mendengar tentang penulis yang jarang baca? Atau seorang penulis yang sengaja tidak membaca buku agar terbebas dari pengaruh orang lain? Saya pernah. Kenapa mereka berpikir atau tanpa sengaja menjadi seperti itu? Untuk menciptakan originalitas karya. Benarkah begitu? Mari kita telusur.

Sebetulnya, apa kegunaan membaca bagi seorang penulis? Kenapa penulis haru membaca sebanyak mungkin karya orang lain? Ada dua sebab. Pertama, entah kita seorang penulis avant garde atau penulis yang belum tahu berada di dalam posisi mana, kita harus sadar bahwa karya kita akan dibaca oleh orang-orang yang berpengalaman dalam membaca. Seorang pembaca, meskipun tidak mampu menulis dengan baik, dia pasti bisa mengetahui dengan pasti karya yang dia baca bagus atau tidak. Tentu saja, tidak berarti kita harus membaca semua karya sejak zaman melayu klasik hingga zaman sekarang, meski kita juga tidak bisa benar-benar membutakan diri dari informasi. Hanya saja, jangan sampai kita berpikir "ini original", tapi ternyata bagi pembaca "sudah basi".

Kedua, alasan kita membaca adalah untuk belajar dari penulis lain, terutama dari para penulis yang lebih mumpuni. Tidak ada salahnya kita mulai belajar menulis dengan meniru-niru gaya penulis idola kita. Lalu cobalah meniru gaya penulis idola kita yang lain. Selanjutnya coba gabungan beberapa di antara mereka dan seterusnya hingga akhirnya kita bisa menemukan gaya tulisan kita sendiri. Karya Original!

Selamat membaca ....

Disarikan dari salah satu bagian buku Writing a Novel, Nigel Watts, Contemporary Books US, 2003