08 February 2012

Terbit di Luar Negeri; Jualan atau Cuma Nggaya?

"Indonesia itu cuma secuwil dalam dunia perbukuan dunia," ujar seorang kawan. Oh ya? Apa indikasinya ya kira-kira? Budaya membaca yang sering dikeluhkan rendah oleh para intelektual dan pegiat buku? Atau jumlah pembeli buku yang jumlahnya semakin menurun seperti yang digembor-gemborkan oleh toko buku? Sepertinya lama-lama mereka akan memilih jadi toko stationary saja. Atau karena bank yang tidak mau beri pinjaman usaha untuk penerbitan buku?

Yang saya sebutkan tadi sih lokal banget. Bagaimana posisi para penulis Indonesia dalam kancah perbukuan dunia? Buku-buku buatan penulis Indonesia laku tidak kalau dijual di luar negeri? Kalau penulis/sastrawan wira-wiri ke luar negeri sih sudah sering ya. Mereka mewakili lembaga atau negara tertentu dalam suatu program kerja sama.

Dalam sebuah forum, seorang perwakilan dari penerbit mengabarkan kisah menarik. Penerbitnya sudah menjual buku-bukunya ke Malaysia, Turki, Jepang. Masing-masing tema buku punya kecocokan dengan negara tertentu. Misal, buku-buku tentang fashion kerudung diminati oleh negara-negara yang membolehkan warganya berbusana islami tapi tetap fashionable. Malaysia menggemari buku-buku Indonesia yang bernuansa Islam.

Bagaimana dengan fiksi? Tentulah kita teringat berita beberapa waktu lalu tentang seorang penulis Indonesia yang bukunya terbit di Amrik. Self publishing sih, tapi lumayanlah pede buat bersaing di dunia. Penulis gaek seperti Ahmad Tohari, trilogi Ronggeng Dukuh Paruk-nya terbit di Jepang, Jerman, Belanda, dan Inggris. Atau sastrawan pujaan banyak kalangan, Pramoedya Ananta Toer, yang tetralogi Buru-nya dialihbahasakan ke Inggris, Jerman. Atau penulis-penulis muda seperti Eka Kurniawan yang terbit di Jepang. Supernova karya Dee juga beredar hingga ke Amerika. A Fuadi dengan Negeri Lima Menara-nya terbit di Malaysia. Andrea Hirata yang Laskar Pelanginya terbit di China, Korea, Brazil, Malaysia, Amerika.

Loh, banyak ternyata ya? Belum terhitung karya-karya yang beredar sebagai buku nonprofit dan beredar terbatas, diedarkan ke perpustakaan-perpustakaan dan lembaga tertentu. Prestasi-prestasi para penulis Indonesia ini harus digembor-gemborkan. Kalau ada pegiat buku yang bilang, "Buku kami banyak juga yang sudah terbit di luar, hanya tidak terpublikasi." Lah, yang self publishing saja teriak-teriaknya kenceng begitu, kenapa yang terbit di penerbit bergengsi diam saja? :)

Sleman, 8 Februari 2012

No comments: